KITAMUDAMEDIA, Bontang – Minyak panas di wajan tua yang berjejer di hadapannya tak lagi dihiraukan. Ia terus mengayunkan tangannya dan mengisi 4 wajan yang sudah memudar itu dengan adonan yang telah dibuatnya sejak dini hari.
Tak butuh 5 menit, kue berwarna kecokelatan dengan tekstur berserat dan punya aroma gula merah yang harum kemudian diangkat dari penggorengan.
12 tahun sudah, Muhammad Harianda (19) berpeluh keringat untuk menjajakan kue tradisional cucur. Bukan karena hobi, tapi karena keadaan.
Sekolah sambil bekerja. Tak ada pilihan lain. Anak sulung dari dua bersaudara itu, setiap hari menghabiskan waktunya di depan wajan selama berjam-jam. Maklum saja, kue cucur tak bisa ditinggal. Sebab, camilan yang terbuat dari dari campuran tepung terigu, tepung beras, dan gula merah ini harus dibuat satu persatu, tak bisa sekaligus banyak dalam wajan.
Membuatnya pun tidak sembarangan, ada teknik khusus. Tapi, karena sudah belasan tahun berjualan, sejak masih berusia 7 tahun, Harianda akhirnya sudah sangat piawai, bisa dibilang profesional.
“Dari kecil mbak, niatnya bantu orang tua, sambil cari uang jajan, kan bisa ditabung,” ujarnya saat tim redaksi kitamudamedia.com menyambangi kiosnya di Pasar Taman Rawa Indah.
Remaja kelahiran Bontang ini baru saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Bontang. Alih-alih langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Warga Rawa Indah tersebut justru memilih mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja, sesuai dengan jurusan yang ia ambil, pengelasan.
“Saya mau langsung kerja saja, sambil bantu orang tua jualan cucur,” katanya sambil tersenyum.
Usaha cucurnya ini memang usaha keluarga yang sudah berjalan belasan tahun bahkan hampir mencapai puluhan. Harianda mulai menjajakannya dari harga Rp 500 sampai saat ini Rp 1000 per bijinya.
Sangking gigihnya, dalam sehari ia bisa membuat adonan hingga 12 kilogram, atau setara dengan seribu biji.
“Dulu malah waktu masih di pasar lama, sehari bisa habis 2 ribu biji,” sebutnya.
Tak ada raut malu apalagi menyesal karena harus menjalani takdir Tuhan sebagai penjual cucur. Laki-laki yang bercita-cita menjadi seorang pengusaha ini malah punya keinginan untuk terus melestarikan jajanan tradisional cucur.
“Biar pun banyak makanan kekinian tapi cucur juga masih banyak peminatnya, kalau ada rejeki ada keinginan buka outlet cucur, harus dilestarikan ini,” ujarnya.
Cucur Harianda ini berada di Pasar Taman Rawa Indah lantai dasar blok B1-14, buka sejak pukul 7 pagi hingga petang.
Reporter : Yulianti Basri
Editor : Kartika Anwar