KITAMUDAMEDIA – Sebuah studi baru yang diterbitkan September 2020 menemukan sebagian pasien Covid-19 mengembangkan sindrom hiperinflamasi. Studi kohort ini menyebut sindrom hiperinflamasi tersebut punya kemiripan dengan gangguan hiperinflamasi lainnya.
Namun, kriteria klinis khusus untuk mendefinisikan sindrom hiperinflamasi terkait Covid-19 (cHIS) belum ditetapkan. Peneliti menyatakan masih mengembangkan dan memvalidasi kriteria diagnosis untuk cHIS pada pasien rawat inap Covid-19.
Studi kohort merupakan studi yang mempelajari hubungan faktor risiko dan penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi.
Studi yang diprakarsai Intermountain Research and Medical Foundation ini menganalisis 299 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit antara 13 Maret hingga 5 Mei atau sebanyak 2.535 hari rawat inap. Sebanyak 161 atau 54 persen dari jumlah total pasien memenuhi dua atau lebih kriteria cHIS selama masuk rumah sakit.
Pasien dengan dua atau lebih kriteria cHIS memiliki risiko kematian lebih tinggi daripada pasien dengan skor kurang dari dua.
Dikutip dari jurnal Lancet Rheumatol, peneliti menggunakan data distribusi karakteristik dasar kelompok pasien, juga data mengenai ragam gejala seperti demam, disfungsi hematologis dan peradangan hati.
Peneliti mengusulkan dan memvalidasi kriteria hiperinflamasi pada COvid-19. Kondisi hiperinflamasi cHIS ini umumnya dikaitkan dengan perkembangan terhadap ventilasi mekanik dan kematian.
Selanjutnya, peneliti menyarankan perlunya validasi eksternal. Skala sindrom hiperinflamasi Covid-19 boleh jadi akan membantu menentukan populasi target untuk uji coba dan terapi imunomodulator. (CNN)
Editor : Redaksi