Awesome Logo
Tersedia ruang iklan, informasi hubungi 08125593271                    Segenap Pimpinan dan Redaksi Kita Muda Media Mengucapkan Marhaban ya... Ramadhan 1442 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin                    Patuhi Protokol Kesehatan dan Jaga Imunitas                    Follow Medsos KITAMUDAMEDIA FB : kitamudamedia, Fan Page FB : kitamudamedia.redaksi, IG : kitamudamedia.redaksi, Youtube : kitamudamedia official                                   Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1442 H                         

Cara Kerja GeNose yang Jadi Alat Deteksi Covid-19 di Stasiun

KITAMUDAMEDIA – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menetapkan penggunaan alat deteksi Covid-19 GeNose di stasiun mulai 5 Februari 2021.

GeNose dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak Maret 2020.

Pada Oktober 2020, alat yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Eng Kuwat Triyana bersama timnya ini menjalani uji diagnostik.

Diberitakan Kompas.com, 30 Desember 2020, alat ini awalnya dirancang untuk mengkualifikasi kualitas kopi dan teh.

GeNose mulanya dikembangkan oleh 2 orang berlatar belakang matematika dan ilmu pengetahuan alam, serta seorang dokter. Kini, pengembangan GeNose melibatkan 6 peneliti.

GeNose mendapat izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak Ppada 24 Desember 2020. Bagaimana cara kerja GeNose? Simak penjelasannya berikut ini!

Sensor dan kecerdasan buatan

Pendeteksi virus corona ini bekerja melalui embusan napas. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terdapat dalam GeNose mengambil data dari embusan napas manusia. GeNose C19 bekerja dengan mendeteksi pola senyawa VoC atau Volatile Organic Compound dalam embusan napas manusia.

Pola VoC orang sakit dan orang sehat akan berbeda. Alat yang dilengkapi dengan 10 sensor utama ini, mampu mengukur perbedaan kadar VoC itu secara lebih sensitif.

Cara mendeteksi Covid-19

VoC terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas. Untuk menggunakan GeNose, seseorang akan diminta untuk mengembuskan napas ke tabung khusus. Sensor-sensor dalam tabung kemudian mendeteksi VoC.

Data yang diperoleh dari embusan napas, diolah dengan bantuan kecerdasan buatan hingga memunculkan hasil. Kompas.com, 26 Desember 2020, memberitakan, Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyatna, mengklaim, dalam waktu kurang dari 2 menit, GeNose dapat mendeteksi apakah seseorang positif atau negatif Covid-19.

Pendapat ahli

Pada 24 Desember 2020, GeNose mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan. Harga jual per unit GeNose Rp 62 juta. Terkait pengembangan GeNose, ahli biologi monekuler Indonesia Ahmad Utomo, mengingatkan soal transparansi dan rekam jejak penemuannya.

Menurut dia, perlu ada publikasi ilmiah mengenai penelitian dan pengembangan alat ini, terutama data yang menjadi dasar bagi GeNose untuk mendapatkan izin edar.

“Tujuannya ini bukan untuk mencari kesalahan atau apa, bukan. Tapi ini kan kita bersama-sama berusaha menghentikan pandemi kan. Kalau data itu bisa diberitakan secara terbuka, misalnya dulu merancang penelitiannya seperti apa sih?” ujar Ahmad, seperti diberitakan Kompas.com, 27 Desember 2020.

Transparansi mengenai data dan rekam jejak peneliti perlu diketahui publik. Hal ini guna memberi akses pada publik untuk memberi koreksi, masukan, atau pengawasan terkait GeNose.

Ahmad menyarankan agar penggunaan alat ini jangan langsung ditujukan untuk simpul-simpul transportasi, seperti stasiun atau bandara. Ia mengusulkan agar GeNose dipergunakan secara terbatas terlebih dulu, misalnya di rumah sakit akademik.

“Digunakan di rumah sakit akademik, supaya nanti divalidasi lagi. Jangan, misalnya, langsung diterapkan di bandara,” kata Ahmad.

GeNose merupakan alat baru. Oleh karena itu, penggunaannya perlu diperhatikan agar tidak memberatkan penanganan pandemi.

Epidemiolog Griffith Universiy Dicky Budiman, mengingatkan, alat ini hanya bersifat screening dini, seperti thermo gun. Adapun untuk tes dengan tingkat akurasi yang tepat, tetap sesuai anjuran WHO. GeNose tidak dapat menggantikan peran tes PCR, tes rapid antibodi, dan tes rapid antigen.

“Ini sifatnya untuk screening dini, seperti thermo gun cuma ini jauh lebih sensitif, tapi tidak bisa menggantikan PCR, rapid test antibodi atau antigen,” kata Dicky seperti diberitakan Kompas.com, akhir Desember 2020.

Penulis : Rosy Dewi Arianti Saptoyo

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Ikuti Fans Page Kami

Leave a Reply