KITAMUDAMEDIA, Bontang – Di usianya yang tiga tahun lagi menginjak kepala tujuh, Sundari terlihat masih cekatan memindahkan karung berukuran jumbo, berisi ratusan botol plastik pilahan pesanan salah seorang pengusaha plastik daur ulang, langganannya.
Sundari menghabiskan hari-harinya berkutat dengan berbagai macam sampah yang menumpuk di rumahnya di Jalan Polo Air, Kelurahan Api-Api.
“Pekerjaan sehari-hari ya begini, tidak ada libur, bangun tidur langsung kerja,” ujarnya kepada Kitamudamedia.com, Minggu (16/1/2022).
Sundari merupakan perantau dari Madura, yang sejak 2006 menetap di Bontang mencari cuan dari bisnis rongsokan seperti plastik bekas, kardus, kertas, sampai ke besi.
“Barang begini, dari teman-teman yang mulung bawa kesini, saya tidak punya anak buah. kalau cocok harganya saya ambil,” bebernya.
Ia menjelaskan dari masing-masing sampah itulah kemudian ia pilah dan bersihkan karena setiap jenisnya punya nilai jual, sambungnya, misalnya plastik botol jenis bodong (PET) yang sudah bersihkan, harganya Rp 2.300 perkilonya, sama halnya dengan kardus. Sementara untuk besi ia jual Rp 4.300 perkilonya.
“Kalau plastik saya belinya campuran Rp 2 ribu per kilonya, untuk dijual lagi saya pilah dan bersihkan sesuai jenisnya, harganya kan beda-beda,” terangnya.
Namun, Sundari mengungkapkan dalam usaha rongsokan seperti yang ia jalani tidak ada penghasilan yang tetap per harinya. Semua tergantung dari berapa banyak barang rongsokan yang keluar.
Apalagi sejak pandemi Covid-19, usaha rongsokan tidak pernah benar-benar normal, katanya, baru 4 bulan belakangan harga jual cenderung stabil walaupun masih jauh merosot.
“Keuntungan sekarang paling 300 perak per kilonya , tapi itu cukuplah untuk beli makan, dan kebutuhan lainnya,” katanya.
Menurutnya apa yang ia jalani sekarang adalah bagian bisnis yang ia senangi, susah senang harus ia nikmati.
“Yang penting dibanyakin syukur saja,” pungkasnya.
Reporter : Muh Ridwan
Editor : Kartika Anwar