KITAMUDAMEDIA, Bontang – Hingga saat ini Dinas Kesehatan belum membuka pelayanan vaksin booster kedua. Setelah ketersediaan vaksin merek Pfizer habis sejak 1 Februari lalu Kasi Surveilans, Imunisasi, Wabah dan Bencana Dinkes Adi Permana menyebut beruntung kala itu stok habis.
“Karena sudah memasuki masa kedaluwarsa,” terang Adi.
Dinkes pun telah mengajukan permohonan penambahan vaksin sebayank 1.000 dosis. Akan tetapi pihaknya masih menunggu jawaban langsung dari Kementerian Kesehatan. “Ini tidak berbanding terbalk dengan keinginan untuk meneggenjot cakupan vaksinasi,” sebutnya.
Kebanyakan vaksin dipakai untuk booster kedua bagi masyarakat umum. Namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang belum memperoleh dosis awal. “
pelatanan masih diberikan masih ada juga warga yang baru mendapatkan dosis awal maupun kedua. Menurutnya Diskes terjadi salah pemahaman. Sebab dosis booster pertama kebanyakan warga Bontang memakai merk Pfizer. Sehingga untuk booster kedua dosis yang disalurkan ialah penuh.
“Jadi sedikit saja dapatnya. Kalau booster pertama memang separuh dosis. Makanya cepat habis,” tutur dia.
Seluruh puskesmas masih menutup pelayanan penyaluran vaksinasi covid-19. Mereka akan membuka kembali setelah mendapatkan pasokan dari pemerintah pusat. Dinkes pun membuat gebrakan baru. Dengan membuka pelayanan di tiap puskesmas. Artinya tidak terusat di sentra vaksinasi.
Ia pun mengaku kaget dengan kondisi ini. Pasalnya animo masyarakat untuk memperoleh vaksin tidak bisa ditebak. Terkadang di awal sangat tinggi tetapi menurun ketika kebijakan itu telah lama dikeluarkan. Diharapkan nanti booster kedua cakupannya menembus 70 persen.
“Meningkat di awal ini untuk booster kedua. Tetapi tidak tahu selanjutnya,” sebutnya.
Akan tetapi kekhawatiran jika vaksin yang diberikana itu Indovac. Sebab epifikasi vaksin merek itu lebih rendah dari Pfizer. Adapun Pfizer hanya bisa menerima untuk booster kedua jika sebelumnya mendapatkan merek sama, moderna, atau astrazeneca.
“Jika nanti yang datang Indovac kami bingung mau dipakai apa,” pungkasnya.(Redaksi)
Editor : Kartika Anwar