KUTAMUDAMEDIA, Bontang – Wali Kota Bontang, Basri Rase beserta rombongan melakukan kunjungan langsung ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 007 Guntung, setelah mendapat laporan minimnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut, Rabu (23/08/2023).
Dalam kunjungannya, Basri Rase
melihat dan memastikan peningkatan sarana dan prasarana (sarpras) seperti apa yang harus diberikan untuk perencanaan pembangunan kedepan.
“Kedatangan saya untuk menindak lanjuti, dan saya memastikan langsung kondisi sekolah ini, khususnya sarana dan prasarana pendidikan yang berada di SDN 007, permasalahan ini sudah dirasakan oleh kepala sekolah, para pendidik, tenaga pendidik. Termasuk komite sekolah serta anak-anak semua,” paparnya saat mengunjungi SDN 007 Guntung, Rabu (23/07/2023).
Basri Rase menilai setidaknya secara standar, minimal harus disiapkan sekira 26 ruangan .
“Sekolah yang standar itu sekolah yang dimana ruangan dibangun sekitaran 24 sampai dengan 26 ruangan, seperti ruang Tata Usaha (TU), ruang kepala sekolah, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), ruang perpustakaan, ruang guru, dan sebagainya. Bahkan, yang menjadi tak terpisahkan dari sekolah terpadu yakni mushollah, kantin, tempat parkir, serta lapangan untuk upacara,” ucapnya.
Basri memprediksi, untuk pembangunan, setidaknya dibutuhkan biaya sekitar Rp 50 miliar lebih, guna melengkapi seluruh sarana dan prasarana. Selanjutnya akan dibuat perencanaan anggaran pada tahun 2024, pembangunan pada 2025 mendatang. .
“Tidak main-main, dalam pembangunan ini membutuhkan biaya sekitar Rp 50 miliar keatas, untuk melengkapi seluruh sarana dan prasarana. Kami sudah membicarakan ini, dan pembangunan insyaallah dilakukan. Tahun ini, diperubahan ini kita coba membuatkan Surat Keputusan (SK) penetapan lokasi, dan di anggaran 2024 murni sudah dilakukan perencanaan, sehingga 2025 pembangunan,” paparnya.
Sementara itu, dilaporkan Nurmiani, Kepala Sekolah SDN 007 Guntung saat ini kondisi sekolah hanya terdapat 6 toilet, ruang kelas yang terbatas, tidak adanya pagar pembatas serta security yang berjaga khususnya di daerah belakang sekolah, sering banjir, dan bau amoniak yang mengganggu belajar mengajar, banjir ketika hujan deras turun, serta tidak ada kantin sekolah.
“Beginilah kondisi kelasnya yang di belakang, kami hanya mempunyai 6 toilet yang dimana tidak ada saluran pembuangan, terkadang jika hujan langsung meluap dan menjadi tempat sarang ular, bahkan hujan pun di halaman kelas sudah langsung banjir, bau amoniak yang terkadang sangat mengganggu proses belajar mengajar karena berdekatan dengan pabrik, serta banjir halaman sekolah ketika hujan deras turun,” tutupnya.
Reporter: Dwi S
Editor : Kartika Anwar