Awesome Logo
Tersedia ruang iklan, informasi hubungi 08125593271                    Segenap Pimpinan dan Redaksi Kita Muda Media Mengucapkan Marhaban ya... Ramadhan 1442 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin                    Patuhi Protokol Kesehatan dan Jaga Imunitas                    Follow Medsos KITAMUDAMEDIA FB : kitamudamedia, Fan Page FB : kitamudamedia.redaksi, IG : kitamudamedia.redaksi, Youtube : kitamudamedia official                                   Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1442 H                         

Apa Itu Stunting? Ketahui Penyebab dan Pencegahannya

KITAMUDAMEDIA – Apa itu stunting? Pernyataan ini kerap muncul ketika topik tentang stunting dibahas. Bahaya stunting masih menghantui anak-anak Indonesia.

Kondisi kesehatan yang mengganggu pertumbuhan anak ini, terus dikawal dari tahun ke tahun. Stunting adalah ganggungan pertumbuhan fisiknya pada anak.

Bertubuh pendek merupakan salah satu indikasi dari anak dengan kondisi stunting. Selain ditandai dengan bertubuh pendek atau kerdil, stunting juga ditandai dengan terganggu perkembangan otak. Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan pada 2018, menyebutkan, 3 dari 10 anak Indonesia bertubuh pendek.

Berdasarkan standar WHO, total persentase anak stunting di suatu negara maksimal 20 persen.

Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, angka balita stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen. Selengkapnya soal stunting, berikut dirangkum dari sejumlah sumber di laman Kementerian Kesehatan.

Dampak stunting

Apa dampak bagi anak yang mengalami stunting?

Ada dua dampak yang terjadi bila anak mengalami stunting, yaitu dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.

Dampak jangka pendek stunting, meliputi:

  • Perkembangan otak terganggu
  • Kecerdasan berkurang
  • Pertumbuhan fisik terganggu
  • Metabolisme dalam tubuh mengalami gangguan

Terganggunya perkembangan otak akan memengaruhi kemampuan dan prestasi anak di sekolah, produktivitas dan kreativitasnya di usia-usia produktif.

Ini menjadi salah satu dampak jangka panjang.

Dampak jangka panjang dari stunting, yaitu:

  • Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar
  • Menurunnya kekebalan tubuh, mengakibatkan mudah terserang penyakit
  • Berisiko tinggi terkena diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, bahkan disabilitas pada usia tua

Penyebab stunting

Secara medis, ada dua faktor utama yang menyebabkan seorang anak menderita stunting. Pertama, faktor dari ibu, dan kedua, masa awal pertumbuhan anak.

Kondisi ibu sangat memengaruhi kondisi anak yang dilahirkannya, baik saat mengandung, maupun ketika masih remaja.

Stunting dapat terjadi karena kondisi ibu yang kurang asupan gizi dan sering mengalami anemia (kurangnya sel darah merah). Sementara, bila ibu tidak mendapat asupan gizi yang cukup saat hamil, dapat memperparah kondisi bayi.

Selain kondisi fisik ibu, stunting juga dipengaruhi oleh kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat. Sanitasi yang kurang memadai, dapat menjadi faktor penyebab stunting.

Jika ditarik lebih luas, penyebab stunting juga karena faktor pendidikan, ekonomi, sosial, dan fasilitas kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi, sebelum dan saat masa kehamilan, bisa terjadi karena fasilitas kesehatan yang minim serta tidak menjangkau semua kalangan.

Adapun faktor yang menjadi penyebab seorang anak mengalami stunting, ditentukan berdasarkan 1000 Hari Pertama Kehidupan atau balita di bawah tiga tahun.

Penyebab stunting balita di bawah tiga tahun adalah:

  • Tidak mendapat ASI eksklusif
  • Tidak menerima makanan pengganti ASI
  • Makan makanan yang kurang sehat

Cara mencegah stunting dan penanganannya

Berikut langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting pada anak:

  1. Memenuhi gizi ibu Kondisi kesehatan ibu perlu terus dipantau, baik sebelum, saat, maupun sesudah masa kehamilan. Gizi ibu dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Gizi juga dapat ditingkatkan melalui suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, ibu hamil disarankan rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
  2. ASI eksklusif untuk bayi Ibu perlu memberikan ASI eksklusif untuk bayi sampai usia 6 bulan. Kebutuhan gizi dan pertumbuhan anak usia 0-6 bulan ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif. Dalam ASI, terdapat protein whey dan kolostrum yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.
  3. Dampingi dengan MPASI sehat Saat bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, maka mulai dibiasakan untuk makan Makanan Pendamping ASI (MPASI). MPASI dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sayur berserat tinggi, seperti bayam, wortel, brokoli, dan sejenisnya. Tambahkan pula protein hewani dari daging ayam atau sapi. Hati-hati dalam memberi suplemen atau produk penambah gizi pada anak. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau bidan.
  4. Pantau perkembangan anak Orangtua, baik ibu maupun ayah, wajib memantau tumbuh kembang anak. Pertumbuhan yang dapat dipantau, seperti tinggi dan berat badan anak. Pergi ke Posyandu secara berkala dan rutin, atau mengunjungi klinik khusus anak. Hal ini dapat mencegah lebih dini bila terjadi gangguan pertumbuhan pada anak, serta dapat ditangani dengan tepat.
  5. Jaga kebersihan Sanitasi yang kurang baik adalah sumber dari banyak penyakit, salah satunya diare. Dilansir dari laman kemkes.go.id, studi yang dilakukan Harvard Chan School menyebutkan, diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan stunting. Anak-anak rentan terserang penyakit, termasuk diare.

Menjaga kebersihan dan kualitas lingkungan hidup secara tak langsung menjadi faktor penting dalam mengatasi stunting di Indonesia. (Redaksi)

Ikuti Fans Page Kami

Leave a Reply