KITAMUDAMEDIA, Bontang – Beras Basah tak hanya menyuguhkan sejuta pesona, tapi juga menitipkan asa bagi sebagian orang yang mencintai alam tanpa syarat.
Samnur, salah satunya, pria tua yang menghabiskan hampir separuh usianya di pulau Beras Basah sebagai penjaga Mercusuar. Gurat tua nampak pekat di wajahnya tapi semangat seolah membuatnya lupa kata lansia.
Samnur pertama kali menginjakkan kaki di Beras Basah sekitar tahun 1977, tepatnya 40 tahun silam. Namun sejak 6 tahun terakhir, Ia tak sendirian, tugas menjaga mercusuar dilakukan dua orang, dirinya dan Wira (28) warga Berebas Tengah, Bontang Selatan.
“Saya dulu dari Mamuju diajak om kesini kalau tidak salah ingat tahun 1977, sampai akhirnya sekarang punya 3 anak, 2 anak saya itu dilahirkan di pulau ini, makanya Beras Basah ini sudah saya anggap kampung sendiri,” ceritanya kepada reporter kitamudamedia.com saat melakukan peliputan disela kegiatan pelatihan jurnalistik bersama Diskominfo Bontang, Kamis siang (18/10/2019).
Setiap senja menjelang, saat mentari mulai menyembunyikan sinarnya dari ufuk barat pulau Beras Basah, Samnur mulai bertugas memastikan lampu mercusuar tetap menyala sambil sesekali menikmati suguhan alam dengan keindahan panoramanya yang tak terbantahkan. Pemandangan di pulau cantik berpasir putih itu semakin nyata ketika diteropong dari atas menara mercusuar yang menjulang tinggi di sisi kiri pulau.
Untuk sampai ke atas menara suar dengan ketinggian 30 meter tersebut, pria 50 tahun itu harus menaklukkan puluhan anak tangga tanpa peduli usia yang tak lagi muda. Betapa tidak, setiap hari ia wajib mengontrol lampu dengan koordinat yang benar, kondisi menara, sumber cahaya dan mesin penghasil sumber listrik yang ada.
Sekilas nampak sepele, tapi tugas yang dijalani lebih dari 28 tahun ini, bukan hal mudah. Bayangkan saja apa yang terjadi jika lampu mercusuar padam atau menyorot arah yang salah, maka akan banyak kapal karam akibat bertabrakan.
Mungkin bagi sebagian orang tinggal di sebuah pulau yang berada di tengah lautan dengan minimnya akses kehidupan adalah suatu kehampaan, namun bagi Samnur pekerjaannya saat ini adalah kesyukuran yang tak boleh dikeluhkan. Bahkan, suami Darniati itu, menganggap Beras Basah adalah pulau kecil pembawa rezeki.
Pekerjaan menjaga mercusuar diwariskan oleh pamannya, sejak tahun 1991 silam. Baginya, tak ada pilihan lain, karena mustahil mendapatkan pekerjaan layak di darat, tanpa mengenyam pendidikan. Meski dengan gaji seadanya dan jauh dari cukup, tapi tak semata tentang materi, ada beban moril yang memaksanya menyingkirkan ego dan rindu terhadap keluarganya demi tugas sebagai penjaga mercusuar.
Puluhan tahun tinggal di pulau yang berjarak sekira 7,5 kilometer dari pelabuhan Tanjung Laut, membuat dirinya khatam dengan kondisi sekitar. Terlebih saat malam menjelang, hanya ada sepi, angin, suara ombak, nyanyian burung laut dan rindu yang baginya, itu adalah teman sejati.
“Disyukuri saja, kalau bosan ya mancing. Alhamdulillah selama disini, tidak ada masalah besar, ya jangan sampai, cuma memang pernah ada kapal tenggelam, tapi bukan karena mercusuar mati, itu karena angin kencang dan ombak besar,” terangnya.
Hari berganti, waktu berjalan, hingga beberapa tahun terakhir, banyak hal yang berubah. Selain, kini anak dan istrinya kerap menemani tinggal di Beras Basah, pulau berjuluk surga kecil di garis khatulistiwa ini, semakin hari kian bersolek, banyak fasilitas yang dibangun untuk memanjakan para wisatawan. Tapi ada hal yang disayangkan oleh ayah dari 3 anak tersebut. Menurutnya di pulau kecil ini masih banyak sampah yang berserakan. Selain ulah dari pengunjung, ia mengakui hal tak patut ditiru itu juga kerap dilakukan oleh para pedagang, Samnur juga tak menampik sering membuang sampah ke laut, akibat minimnya tong sampah dan petugas kebersihan.
“Seharusnya disiapkan lebih banyak tempat sampah, kalau bisa ada petugas kebersihan juga yang angkut sampah pakai kapal, ini tidak ada penampungan, mau tidak mau kita buang ke laut,” pungkasnya.
Selain itu, Samnur berharap pemerintah lebih serius menanggapi permasalahan minimnya tong sampah, dan pengunjung yang datang harus ikut menjaga keindahan dan kebersihan pulau Beras Basah. Meski begitu, fasilitas umum di Pulau Beras Basah, diakui Samnur, kini semakin baik, hal itu terlihat dari usaha pemerintah untuk membangunkan jembatan bagi pengunjung, musala, gazebo, hingga icon tulisan sebagai spot foto yang paling digemari oleh para pengunjung wisatawan.
“Semoga Beras Basah semakin mantap,” tutupnya.
Diakhir cerita, Samnur bersyukur dedikasinya menjaga mercusuar pun berbuah manis, kini ia mendapat upah hingga Rp 4 Juta perbulan dari perusahaan yang bersinergi dengan Pemerintah untuk mengelola pulau Beras Basah. (Yulianti Basri)