KITAMUDAMEDIA, Bontang– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang secara resmi menetapkan kurikulum merdeka di tahun ajaran baru. Salah satu bentuk kegiatannya yakni Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk menghindari adanya perundungan atau yang sering disebut dengan Bully.
Bambang Cipto Mulyono, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bontang menyampaikan bahwa kurikulum merdeka itu lebih mengenalkan anak didik terhadap lingkungan sekolah. Transisi dari PAUD ke Sekolah Dasar (SD), mengenal lingkungan yang benar-benar menyenangkan, sehingga menghindari adanya perundungan.
“Harapan kita, transisi dari PAUD ke SD anak didik yang baru bisa lebih mengenal lingkungan, benar-benar merasa nyaman dan menyenangkan di sekolahnya, anak-anak bisa semangat dalam belajar, semua kakak-kakak kelas sayang terhadap adik-adik kelasnya, serta guru-guru yang ramah. Sehingga dapat menghindari adanya perundungan, bully, dan hal-hal lain sebagainya,” ucapnya saat diwawancarai redaksi kitamudamedia.com, Selasa (18/07/2023).
Berbeda dari kurikulum sebelumnya, kurikulum sebelumnya baik kurikulum 2013 atau dengan kurikulum darurat tidak memberi ruang untuk anak-anak bersosialisasi lebih luas ke tempat yang baru, anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK) melewati proses adaptasi yang cukup panjang, ketika harus masuk ke jenjang pendidikan.
“Karena sebelumnya, anak-anak hanya bermain saja di TK ataupun PAUDnya. Kemudian untuk masuk di jenjang SD, mereka harus melakukan hal bertahap yang tidak lain adalah belajar, menulis, berhitung. Bahkan untuk menyesuaikan lingkungan dengan kakak-kakak kelasnya sangat membutuhkan proses yang tidak sebentar. Maka dari itu, sekarang dibuat yang namanya dengan MPLS, ” paparnya.
MPLS dilaksanakan selama 2 Minggu, untuk SD, sedangkan untuk SMP hanya seminggu. Dalam MPLS ini, ada beberapa siswa yang hanya diantarkan, ada juga yang ditunggu oleh orang tua siswa, hal tersebut kebanyakan di tingkat SD, dimana para anak-anak belum mengenal terkait lingkungan belajar baru mereka.
“Anak-anak ada yang hanya diantar, ada juga yang bahkan ditungguin sampai selesai, sebenarnya tidak masalah. Saya juga sangat yakin, para guru-guru di satuan pendidikan tingkat SD sudah dibekali dengan transisi PAUD, sehingga dapat membuat anak-anak menjadi betah dan menyenangkan di lingkungan barunya,” ungkapnya.
Terkait adanya bully di tingkat SD yang sudah ada memakan korban, Bambang Cipto Mulyono juga menambahkan, sangat menyayangkan dengan adanya hal seperti itu, pembullyan terhadap sesama siswa. Semoga dengan adanya MPLS ini bisa mengurangi adanya perundungan. Kakak-kakak kelasnya lebih sayang kepada adik-adik kelasnya, demikian juga dengan para guru-gurunya, bahkan warga sekolahnya, lebih membaur bersatu adanya yang disebut dengan paguyuban sekolah.
Reporter: Dwi S
Editor: Kartika Anwar