Awesome Logo
Tersedia ruang iklan, informasi hubungi 08125593271                    Segenap Pimpinan dan Redaksi Kita Muda Media Mengucapkan Marhaban ya... Ramadhan 1442 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin                    Patuhi Protokol Kesehatan dan Jaga Imunitas                    Follow Medsos KITAMUDAMEDIA FB : kitamudamedia, Fan Page FB : kitamudamedia.redaksi, IG : kitamudamedia.redaksi, Youtube : kitamudamedia official                                   Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1442 H                         

Pecak, Menu Tradisional Bercita Rasa Gurih dan Pedas

KITAMUDAMEDIA, Bontang – Kekayaan kebudayaan dan tradisi yang ada di Indonesia tercermin pada kulinernya yang sangat beragam. Hampir setiap Kota yang ada di Indonesia memiliki ciri khas makanan tradisional yang unik dan berbeda. Salah satunya makanan khas Kutai, Kalimantan Timur,pecak.

Berbeda dengan bolu pecak asal Sulawesi, pecak yang satu ini terbuat dari nasi dengan paduan santan dan sambal terasi ala Bontang, gammi, sehingga cita rasa gurih dan pedas menjadi andalan kuliner ini.

Proses pembuatannya membutuhkan waktu 1 jam. Mulai dari mengaron beras dengan santan, menyiapkan sambal gammi hingga dikemas khusus menggunakan daun pisang, tak heran jika aromanya semakin menggugah selera.

Teksturnya sangat lembut, hampir menyerupai bubur. Ukurannya, sekepal tangan orang dewasa, porsi yang pas untuk sekali santap. Panganan tradisional ini cocok dikonsumsi bersama beragam jenis lauk bahkan sayuran.

Tapi, pecak tak mudah didapat. Hanya pada momen tertentu, seperti saat bulan ramadhan, atau jika ada acara besar di wilayah paling utara Bontang, Guntung. Perkampungan yang mayoritas penduduknya berdarah Kutai.

Salah seorang yang setia membuat pecak, Harijat, wanita tua berusia 59 tahun, warga Jalan Tari jepen Gang Tari Enggang 3 Kelurahan Guntung, Bontang Utara. Sejak 30 tahun lalu, ia tak pernah absen mengaduk adonan pecak di dapurnya.

Dikatakan ibu 7 anak ini, pecak banyak digemari, apalagi saat bulan puasa. Pecak, biasa ia sajikan di Masjid tepat sebelah kediamannya, sebagai salah satu menu berbuka puasa. “Biasa buat untuk buka puasa di masjid, nanti dibayar sama pengurus masjid, begitu setiap ramadhan. Alhamdulillah banyak yang senang dari anak-anak sampai orang tua,” ujar nenek yang kini memiliki 14 cucu tersebut.

Penggemarnya bukan hanya warga Guntung, beberapa warga dari Kelurahan lain seperti Berbas Pantai, Tanjung Laut, bahkan Sangatta – Kutai Timur, rela jauh-jauh datang hanya untuk membeli pecak. “Biasa sehari bisa jual 100 biji,” katanya.

Namun ramadhan 1441 Hijriyah tahun ini berbeda, kondisi pandemi memaksa semua warga untuk tetap dirumah, tak boleh beribadah di masjid alhasil tradisi berbuka pun tidak ada. Ijat panggilan akrabnya tak lagi menjajakan pecak untuk menu berbuka di masjid. Saat ini ia dibantu cucunya menjual pecak via online.

“Saya buat, cucu yang promosi dan antar ke teman-temannya yang pesan,” ujarnya.

Rupanya, resep membuat pecak didapatkannya turun temurun. Tak heran, jika cita rasa dari pecak buatan Ijat banyak disukai. Nah, untuk bisa menikmati pecak buatan nenek Ijat, kawula muda hanya perlu merogoh kocek Rp 20 ribu untuk satu bungkus plastik, berisikan 6 biji pecak. Bagaimana? Tertarik untuk mencoba???

Kawula muda bisa pesan di nomor telepon 0813 4904 0102 (Hamdan).

Reporter : Yulianti Basri
Editor : Kartika Anwar

Ikuti Fans Page Kami

Leave a Reply